Candi Prambanan adalah bangunan yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung.
Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah bangunan yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung.
Goa Baramban
Goa Baramban terletak di Desa Miawa Kecamatan Piani 16 km dari Rantau. Obyek wisata ini terkenal hingga keluar daerah, lantaran cukup menarik yang merupakan pemandangan bukit kapur dengan batu gamping yang memutih.
Goa Beramban merupakan goa terpanjang dan terbesar di Kalimantan Selatan yang terbagi menjadi tiga pecahan, yaitu Goa Kelelawar, Goa Air, dan Goa Atas.
Tiap-tiap goa bisa dijalani dengan memerlukan waktu kurang lebih satu jam dan harus membawa alat penerangan.
Dalam goa ini mengalir air, sehingga goa yang lebarnya mencapai 60 meter dengan tinggai 50 meter serta panjang mencapai 250 meter terkesan lebih indah dan sejuk, apalagi air jernih yang mengalir di dasar goa tersebut mengalir dengan lambat, sehingga lantunan merdu gemercik airnya terdengar beberapa meter dari mulut goa.
Salah satu Goa yaitu Goa Air, setengah lorongnya berisi air yang mencapai ketinggian 1,2 meter atau setinggi dada.
Keraton Yogyakarta : Istana Budaya dan Keindahan Jawa
Pura Bukit Sari – Sangeh
Pura Bukit Sari di Sangeh
Menurut kisah, Pura Bukit Sari dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti, anak angkat dari Raja Mengwi saat itu, Cokorda Sakti Blambangan. Sejak belia Anak Agung Anglurah Made Karang Asem gemar menjalani laku spiritual. Pada suatu malam, saat menjalani pertapaan, ia memperoleh pawisik (ilham) agar mendirikan pura di tengah kawasan hutan pala Sangeh.
Tentang pohon pala di Sangeh, juga ada kisah yang menarik. Menurut mitos, pohon-pohon tersebut berasal dari kawasan Gunung Agung di bagian timur Bali. Segerombolan pohon pala melakukan perjalanan dari Gunung Agung menuju kawasan Bali bagian barat. Sayangnya, di tengah jalan perjalanan tengah malam tersebut terlihat oleh seseorang. Akibatnya, perjalanan gaib itu terhenti. Pohon-pohon tersebut lalu menetap di sana dan berkembang menjadi hutan Sangeh hingga saat ini.
Konon, Sangeh berasal dari dua kata: sang yang berarti orang dan ngeh berarti lihat atau bisa diterjemahkan sebagai dilihat orang.
Kini, kawasan hutan Sangeh dihuni oleh ratusan monyet berwarna abu dan berekor panjang. Populasinya saat ini sekitar 700 ekor. Kawanan monyet itu terbagi dalam tiga kelompok: kelompok barat, tengah, dan timur. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor monyet jantan sebagai rajanya.
Monyet-monyet di kawasan ini cukup jinak. Mereka jarang mendapatkan bahan makanan dengan cara merebut dari pengunjung. Namun, jangan coba-coba membuat monyet itu marah. Apalagi yang marah itu rajanya. Dia akan mencoet memanggil anak buahnya untuk bersama-sama menyerangmu. Ini pernah terjadi pada seorang sutradara sinetron yang tak sengaja menendang raja monyet yang merebut daun pepaya properti salah satu adegan sinstronnya. Si raja monyet yang marah langsung mencoet keras. Tak lama kemudian seluruh anak buahnya termasuk yang masih bayi datang dan menyeringai ke arah si Sutradara Sinetron. Untung saja seorang pawang langsung datang melerai…
Akses
Tidak sulit menjangkau obyek wisata alam yang unik itu. Dari Kuta jaraknya sekitar 45 kilometer. Fasilitas jalan ke arah sana cukup bagus, sehingga dapat di jangkau dengan taksi atau kendaraan pribadi.
Sejarah Candi Penataran
Sejarah Candi Penataran
Danau Beratan - Bedugul
Benteng Marlborough di Bengkulu
Tipe bangunan benteng adalah gaya bangunan abad ke 18 dengan model menyerupai kura-kura.
Bagian luar benteng dikelilingi dengan kanal dan mempunyai pintu gerbang utama yang dihubungkan dengan jembatan. Bagian dalam bangunan juga terdapat pintu gerbang dan jembatan penghubung.
Benteng Malborough ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun turis lokal karena di dalam benteng ini masih tersimpan rapi benda-benda peninggalan jaman Inggris.
Keindahan Benteng marlborough di Bengkulu
22 06 2010 Fort Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi – Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu. Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.Berbagai catatan sejarah pernah terjadi di Fort Marlborough ini, diantaranya tentang berbagai kejadian dalam kehidupan bangsa Inggris di Bengkulu saat itu, beberapa pesta perkawinan diantara mereka, berbagai kisah perniagaan rempah-rempah, peperangan-peperangan yang terjadi, hingga kisah gugurnya Hamilton, gugurnya Thomas Parr dan penundukan / penguasaan benteng ini selama lebih kurang enam bulan oleh perlawanan Tobo Bengkulu dengan Rajo Lelo-nya.
Dalam usia yang sudah mencapai tiga abad, nilai bangunan ini tentu lebih dari sekedar bangunan bersejarah yang berada di Bumi Bengkulu ini. Tetapi Fort Marlborough juga merupakan ‘prasasti’ yang mengisahkan tentang jalinan interaksi dua bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Inggris dan bangsa Melayu Bengkulu’. Fort Marlborough bagaikan ‘permata sejarah’ yang menyatukan kenangan manis dari dua bangsa yang berbeda dalam sebuah untaian kalung ‘kehormatan peradaban’-nya masing-masing. Fort Marlborough adalah situs yang tiada boleh dilewatkan ketika wisatawan mengunjungi Bengkulu.
Merupakan peninggalan sejarah kolonial Inggris terbesar di kawasan asia. Benteng Marlborough berdiri dengan megahnya dan menghadap ke arah selatan, meliputi area 31,5 Ha. Salah satu daya tarik benteng ini mempunyai tipikal abad 18 yang berbentuk kura-kura. Lokasi benteng dipusat kota berbatasan dengan Perkampungan China, yang juga kawasan obyek wisata. Benteng ini dibangun tahun 1714 – 1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Collet. Di salah satu kamar benteng ini pernah dihuni Presiden RI pertama Ir. Soekarno ketika menjalani hukuman buangan masa penjajahan Belanda. Setelah kemerdekaan Benteng Marlborough dipugar oleh pemerintah dan menjadi salah satu obyek wisata Kota Bengkulu.
Inilah satu-satunya benteng peninggalan Inggris yang terbesar di Indonesia. Benteng Marlborough dibangun rentang 1714 hingga 1719 oleh perusahaan dagang Inggris EIC semasa Gubernur Joseph Callet.
Berdirinya benteng ini menjadi awal lahirnya pula kota Bengkulu, karena disekitar benteng tumbuh kota dan pusat perdagangan. Setelah kekuasaan Inggris berakhir, maka Belanda mengambil alih benteng ini sebagai tempat pertahanan mereka.
Hingga kini kawasan Benteng Marlborough dikenal sebagai lokasi wisata sejarah yang cukup lengkap. Tak jauh dari benteng ada perkampungan Cina yang usianya ratusan tahun, selain itu ada pula Monumen Thomas Parr, Monumen Hamilton, dan Bunker Jepang.
Tak kalah menarik adalah kehadiran situs komplek makam Inggris, dengan nisan yang unik dan menarik. Disinilah dahulu ratusan orang Inggris yang meninggal akibat perang atau penyakit dimakamkan.
Benteng Marlborough (Fort Marlborough) adalah peninggalan sejarah yang ada di kota Bengkulu. Benteng terletak di pusat kota di daerah yang disebut Kampung. Namanya memang Kampung, tetapi lokasinya dekat rumah dinas Gubernur yang megah dan beberapa lokasi yang terkenal dengan pertokoan dan wisata kuliner serta wisata pantai Tapak Paderi. Di toko perhiasan di depan
Marlborough adalah sebutan dan nama resminya, tetapi masyarakat setempat menyebutnya Malabro, (kabarnya Malioboro berasal dari kata Marlborough juga, benarkah?). Nama benteng ini menggunakan nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of Marlborough I.
Benteng dibangun oleh usaha dagang dari Inggris, East Indian Company awal abad 18 (1713 – 1719). Gubernurnya pada waktu itu bernama Joseph Callet. Bangunan benteng menyerupai kura-kura ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 44.100 meter persegi dan menghadap ke arah selatan.
Pemerintahan kolonial Inggris menguasai Propinsi Bengkulu selama lebih kurang 140 tahun (1685 – 1825). Sehingga benteng ini pun masih memiliki bentuk yang sesuai dengan desain asli bangunan abad ke-17. Bentuk benteng ini mirip dengan gambaran benteng di film-film barat yang dikelilingi parit dan ada jembatannya, terletak di pinggir laut.
.
Pada awalnya benteng ini untuk kepentingan militer, tetapi kemudian berfungsi juga untuk perdagangan dan pengawasan jalur perdagangan yang melewati Selat Sunda.
Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles pada 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal. (Bunga bangkai, Rafflesia arnoldi, mengambil nama dari Raffless yang sekarang menjadi lambang propinsi Bengkulu). Pada 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.
Benteng inipun pernah dipakai sebagai tempat penahanan Bung Karno.
Di sini juga dipakai sebagai tempat tinggal petinggi militer Inggris, sehingga mirip kota kecil, terlihat dari catatan yang tertinggal yang masih tersimpan terkait dengan perkawinan, pembaptisan dan kematian.
Monumen ini dikenal rakyat Bengkulu dengan sebutan Kuburan Bulek (bulat) karena bentuk monumen tersebut yang berbentuk bulat. Disinilah dikubur seorang penguasa Inggris Residen Thomas Parr. Ia seorang penguasa yang kejam. Sejak ia berkuasa tahun 1805, ia memaksa rakyat menanam komoditi yang laku di pasaran dunia. Sejauh 1 km dari kawasan ini juga terdapat komplek pemakaman warga eropa terutama Inggris. Taman pemakaman ini menjadi obyek wisata sejarah dan nostalgia terutama bagi warga negara Inggris yang berkunjung.
Dalam masa perjuangan merebut kemerdekaan, Bung Karno pernah diasingkan ke Bengkulu dari tahun 1938 sampai 1942. Rumah tempat pengasingan beliau tersebut terletak di Jalan Soekarno Hatta Kelurahan Anggut Atas. Rumah kediaman Bung Karno merupakan salah satu daya tarik wisata yang memiliki nilai historis di Bengkulu. Peninggalan Bung Karno berupa buku-buku, sepeda, tempat tidur serta foto-foto semasa perjuangannya menjadi obyek wisata sejarah. Tidak jauh dari kediaman Bung Karno terdapat rumah kediaman Fatmawati Ibu Negara yang mendampingi Bung Karno serta melahirkan Presiden Ke-5 Republik Indonesia; Megawati Soekarno Putri.
Sejarah Pura Tanah Lot - Bali
Banyak sekali orang yang tahu tentang Tanah Lot, tapi sudahkah anda tahu sejarah dari Pura Tanah Lot yang sangat terkenal itu? Mari kita simak bersama-sama.
Pada masa Kerajaan Majapahit ada seseorang Bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwijendra atau Dang Hyang Nirarta.Beliau dikenal sebagai Tokoh penyebaran ajaran Agama Hindu dengan nama “Dharma Yatra “.Di Lombok beliau dikenal dengan nama “Tuan Semeru” atau guru dari Semeru (sebuah nama Gunung di Jawa Timur).
Pada waktu beliau datang ke Bali untuk menjalankan misinya,yang berkuasa di Bali saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong yang menyambut beliau dengan sangat hormat.Beliau menyebarkan agama Hindu sampai ke pelosok-pelosok Pulau Bali.Suatu ketika pada saat beliau menjalankan tugasnya,beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan beliau mengikutinya sampai pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata air.Tidak jauh dari tempat itu beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah yang disebut “Gili Beo”(Gili artinya Batu Karang dan Beo artinya Burung) jadi tempat itu adalah sebuah Batu Karang yang berbentuk burung.
Ditempat inilah beliau melakukan meditasi dan pemujaan terhadap Dewa Penguasa Laut.
Lokasi tempat Batu Karang ini termasuk dalam daerah Desa Beraban,dimana di desa tersebut dikepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut “Bendesa Beraban Sakti”.Sebelumnya masyarakat Desa Beraban menganut ajaran monotheisme(percaya dan bersandar hanya pada satu orang pemimpin yang menjadi utusan Tuhan sperti Nabi)dalam waktu yang singkat banyak masyarakat Desa Beraban ini mengikuti ajaran Dang Hyang Nirarta yang kemudian membuat Bendesa Beraban Sakti sangat marah dan mengajak pengikutnya yang masih setia untuk mengusir Bhagawan suci ini.
Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki Dhang Hyang Nirarta,beliau melindungi diri dari serangan Bendesa Baraban dengan memindahkan batu karang besar tempat beliau bermeditasi (Gili Beo) ke tengah lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut.Kemudian beliau memberi nama tempat itu “Tanah Lot” yang berarti Tanah di tengah Laut.
Akhirnya Bendesa Beraban mengakui kesaktian dan kekuatan spiritual dari Dang Hyang Nirarta,dan akhirnya Bendesa Beraban menjadi pengikut setia dan ikut menyebarkan ajaran Agama Hindu kepada penduduk setempat.Sebagai tanda terima kasih sebelum melanjutkan perjalanan beliau memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban yang dikenal dengan nama “Keris Jaramenara atau Keris Ki Baru Gajah”.Saat ini keris itu disimpan di Puri Kediri yang sangat dikeramatkan dan di upacarai setiap hari raya Kuningan.Dan upacara tersebut di adakan di Pura Tanah Lot setiap 210 hari sekali,yakni pada “Buda Wage Lengkir”sesuai dengan penanggalan Kalender Bali.
Pura di Sekitarnya
Sejumlah pura yang ada di sekitar Pura Tanah Lot adalah Pura Pekendungan, Pura Penataran, Pura Jero Kandang, Pura Enjung Galuh, Pura Batu Bolong dan Pura Batu Mejan. Pura Pekendungan merupakan satu-kesatuan dengan Pura Tanah Lot. Pada mulanya tempat ini bernama Alas Kendung, digunakan sebagai tempat meditasi atau yoga semadi, untuk mendapatkan sinar suci sebelum melanjutkan perjalanan.
Di Pura Pekendungan terdapat keris sakti bernama Ki Baru Gajah yang memiliki kekuatan untuk menaklukkan penyakit tumbuh-tumbuhan di Bali. Keris ini merupakan anugerah Danghyang Nirartha kepada pemimpin Desa Beraban. Keris itu kini disimpan di Puri Kediri. Saat piodalan, Sabtu Kliwon Wara Kuningan, keris ini di-pendak serangkaian piodalan,
Sedangkan Pura Jero Kandang merupakan pura yang dibangun oleh masyarakat Beraban dengan tujuan untuk memohon perlindungan bagi ternak dan tumbuhan mereka dari gangguan berbagai penyakit. Akan halnya Pura Enjung Galuh berlokasi dekat dengan Pura Jero Kandang. Menurut beberapa catatan, pura ini dibangun untuk memuja Dewi Sri yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu yang piodalannya setiap Rabu Umanis Wara Medangsia. Di pura ini masyarakat Mengenai Pura Sad Kahyangan dan Kahyangan Jagat memohon kesuburan jagat.
Sementara itu, Pura Batu Belong merupakan tempat melakukan pamelastian maupun pakelem dengan maksud menyucikan alam. Sedangkan Pura Batu Mejan atau dikenal dengan beji merupakan tempat untuk mendapatkan tirtha penglukatan.